Wonosobo, - Kecamatan Garung yang merupakan bagian dari Kawasan Dieng berulangkali memberikan tanda peringatan bahwa bumi harus segera diselamatkan.
"Untuk itu, kawasan perdesaan Margomarem ini layak dijadikan wilayah garapan bersama untuk mengatasi permasalahan lingkungan, ungkap Subiyantoro, Camat Garung saat membuka kegiatan Diskusi dan Ngopi Bersama bertajuk Membangun Konservasi Berbasis Ekonomi, Secangkir Kopi Merawat Bumi, Jumat (01/04), di komplek Kantor Desa Larangan Lor, Garung.
“Saya mendorong wilayah Garung yang dimulai dengan kawasan Margomarem ini menjadi wilayah garapan bersama untuk mengatasi permasalahan lingkungan, ” ungkapnya.
Lebih lanjut Subiyantoro menjelaskan, kawasan Margomarem ini mulai diinisiasi tahun 2018 dengan melibatkan Desa Maron, Tlogo, Mlandi, Larangan Lor, dan Menjer, yang merupakan kawasan perdesaan di Kecamatan Garung.
Saat ini Badan Kerjasama Antar Desa bekerja sama dengan Kelompok Konservasi ABDI BUMI, LPTP Surakarta dan PT. Tirta Investama Wonosobo berinisiatif untuk menggagas konsep konservasi berbasis ekonomi di wilayah Margomarem, yang diawali melalui kegiatan diskusi dan penanaman pohon bersama untuk menyelamatkan lingkungan di Kawasan Perdesaan Margomarem, sekaligus mengkampanyekan model Konservasi Berbasis Ekonomi kepada masyarakat.
Hadir sebagai narasumber pada diskusi tersebut, Kepala Disparbud Kabupaten Wonosobo Agus Wibowo, Kepala Kantor Pertanahan Wonosobo Siyamto, dan Kabid Penataan dan Pemberdayaan Kanwil BPN Provinsi Jateng Siti Aisyah.
Baca juga:
PPM Kota Kendari Peringati HUT ke 40
|
Agus Wibowo menjelaskan, Disparbud telah melakukan intervensi terhadap pemetaan potensi pengembangan wisata wilayah Margomarem sejak tahun 2021 dengan program PHJD dan nantinya siap mendukung konservasi berbasis ekonomi dengan menajamkan peta potensi kawasan Margomarem yang sudah ada menjadi konsep DED ecotourism yang berkelanjutan.
"Saya mendorong desa-desa di kawasan Margomarem bisa membangun konservasi berbasis ekonomi melalui isu wisata berkelanjutan dan bisa memiliki atraksi destinasi yang unik dan beda antar desa, ” imbuh Agus.
Senada dengan Agus, Kepala Kantor Pertanahan Wonosobo Siyamto menyampaikan, Kantor Pertanahan Wonosobo sudah mengenal kawasan ini sejak lama, pada saat bergerak melakukan Reforma Agraria melalui penataan aset desa, pihaknya siap mendukung dengan program lanjutan.
Sementara itu, Kabid Penataan dan Pemberdayaan Kanwil BPN Provinsi Jateng Siti Aisyah menegaskan, BPN berkomitmen akan mendukung kawasan Margomarem melalui program Akses Reforma Agraria (ARA.
“Kami akan tetap berkomitmen penuh dan mendukung kawasan Margomarem dengan melanjutkan program reforma agraria melalui program Akses Reforma Agraria (ARA) yang secara konkrit melalui program pemberdayaan yang akan diawali dengan kegiatan pemetaan sosial dengan sasaran awal 200 Kepala Keluarga, ” kata Siti Aisyah.
Bupati Wonosobo, Afif Nur Hidayat, yang berkesempatan hadir pada diskusi sesi kedua mengapresiasi atas inisiasi aksi menjaga alam yang mutlak harus dilakukan di Wonosobo.
“Konservasi Berbasis Ekonomi Secangkir Kopi Merawat Bumi ini merupakan inisiasi awal yang akan berpotensi menjadi rujukan bagi desa-desa lainnya di Wonosobo dalam membangun konsep konservasi berbasis ekonomi, tantangan konservasi saat ini adalah bagaimana upaya ini juga memberikan nilai manfaat ekonomi bagi masyarakat, saya berharap konsep ini segera dimatangkan dan segera direalisasikan, dan saya mendorong ini menjadi tanggung jawab yang dipikul bersama-sama oleh seluruh pihak, baik itu pemerintah desa, pemerintah kabupaten, pegiat lingkungan, masyarakat, akademisi, swasta san stakeholder lainnya, ” pintanya.
Diskusi yang berlangsung dari pagi hingga sore hari ini juga dibarengi dengan aksi penanaman pohon kopi sebagai wujud mengawali inisasi konservasi berbasis ekonomi di kawasan Margomarem. (DONI R - DISKOMINFO KAB WONOSOBO)